Friday, September 18, 2009

Seorang nisa, masafumi gotoh, tamori sei, dan perjalanannya menjadi dewasa

nisa

gue sedang dalam keadaan yang luar biasa moodswing. Sebentar berbahagia mensyukuri keadaan, sebentar mellow, sebentar merenung, sebentar melongok dan menyadari bahwa dunia sudah berubah, sebentar bercermin dan berpikir: sepertinya saya yang berubah.

Sudah setaun terlewat. Tidak terasa. Menjalani bulan-bulan pertama tanpa aksel, tanpa 70, tanpa jodie darmawan. Saya tidak bisa bilang tanpa teman karena di tempat baru ini saya bertemu dengan banyak orang-orang baik dan orang-orang luar biasa dan orang-orang luar biasa baik. Sudah setaun.

Melirik kembali setaun kemarin: masa-masa transisi, masa-masa krisis. Begitu rentan. Begitu mudah merasa sendirian. Begitu terlapis dinding. Begitu menutup. Begitu dingin. Begitu meratap. Rapuh. Saya pernah rapuh juga ternyata.

Melirik kembali setaun kemarin: belajar membuka diri. Belajar membuka mata. Belajar, bahwa dunia ini tidak hanya terisi saya dan teman-teman saya. Belajar bahwa dunia tetap berputar tanpa saya ada, karena itu dunia saya juga tetap akan berputar tanpa jodie darmawan ada. Belajar bahwa dunia saya tidak berputar di sekitar jodie darmawan, saya, 70, dan aksel saja. Belajar bahwa hidup bukan untuk diri sendiri. Belajar bahwa berkutat dengan diri sendiri adalah hal yang membosankan. Belajar untuk menghapus ego.

Nisa masih nisa. Mungkin pandangannya sudah sedikit berbeda sekarang, tapi nisa masih nisa. Masih sok asik, masih moody, masih sulit dekat dengan orang, masih punya kesulitan berkomunikasi, masih egois, masih kurang lebih introvert, masih menunggu masafumi gotohnya datang, masih mencari masafumi gotoh sency, masih menghayalkan seorang tamori sei, masih seorang annisa nadhira.

Kurang lebih saya menyadari saya orang yang dingin. Ya, saya bisa sok asik tapi saya dingin. Gue bukan orang yang bisa ataupun secara refleks atau apalah istilahnya cukup perhatian untuk dengan rutin bertanya “halo apa kabar? How's life has been?” dan syalala yang lainnya sama temen-temen lama atau “wah hari ini cantik..” atau “kok keliatannya sedih, ada masalah apa?” sama orang yang sehari-hari bareng gue.. atau dengan mudah nimbrung bercanda.. atau ngebecandain orang.. atau bahkan untuk menyapa ade-ade gue dan nanya “oy hari ini ngapain aja?”.. honestly i'm not that caring nor that warm or maybe i'm just too blunt to see any difference within people around me to actually comment about any change in them. Yeah people.. i'm cold. But i'll definitely help if you want me to. Gue terkadang tidak merasa enak menawarkan bantuan entah kenapa.. gue merasa dengan begitu gue berusaha ikut campur.. I don't like people butting in my business so I don't want to do such thing. Tapi gue akan berusaha membantu kalau memang ada yang bisa dibantu. You just need to tell me. Oke, saya kurang inisiatif memang.. i'm trying too change this lame side of mine.. tapi tetep perasaan takut terlalu ikut campur itu ada dan jadilah saya orang yang dingin.

I'm sorry for being such a not so warm friend...
tell me. Seriously. If you need help, tell me. I'm not a psychic and i'm definitely THAT blind not to be able to notice such warmey touchy feely thingy, so TELL ME people!

Nisa dan masafumi gotohnya.

“apa sih nis.. ga realistik.. bangun lah.. ga mungkin bisa dapet masafumi gotoh.. itu terlalu mimpi..”
ada yang pernah bilang begitu. Mungkin kata-katanya ga seperti itu tapi itu yang saya tangkep dari omongannya. Atau mungkin ada lebih dari 1 orang yang bilang begitu?

Untuk sekarang, nisa masih butuh masafumi gotoh. Fyi yah people, jodie darmawan itu cukup traumatis dampaknya buat saya... kalo mau jujur rasanya obsesi akan gotoh sudah agak menurun mengingat tidak adanya lagu baru atau pv baru atau album baru atau apapun, tapi saya masih mau nangis setiap mendengarkan lagunya gotoh-san tercinta ini. Dan masih merasa damai saat mendengar suaranya. Dan masih berpikir bisa menyerahkan nyawa sama orang ini. Masih. Saya masih sayang orang ini.

Belakangan ini rasanya hampir tidak ada waktu buat saya mendengarkan AKG, dan rasanya baru tadi juga saya memasukkan koleksi AKG lengkap ke laptop putih dari harddisk eksternal. Hidup terasa baik-baik saja tanpa mendengar suara masafumi. Saya masih damai-damai saja. Dan kemudian saya berpikir: agaknya tidak seesensial itu mendengarkan suaranya. Tidak, saya tidak seketergantungan itu ternyata, tidak seterobsesi itu. Tapi tetap, saya sayang orang ini. Dan untuk sekarang saya masih butuh masafumi gotoh. Karena tanpa merasakan 'sayang' untuk masafumi gotoh ini, saya pasti sudah lupa rasanya suka sama orang.

Saya mudah jatuh cinta. Dulu. Saya pasti akan luar biasa frontal mengejar orang yang saya suka. Dulu. Sekarang? Tidak ada yang semenarik itu. Atau saya masih terlalu takut sakit? Atau mungkin saya lupa seharusnya sampai pada tingkat deg-degan yang seperti apa yang saya anggap menarik sampai saya cukup termotivasi untuk mengejar. Ya, agaknya saya lupa rasanya suka sama orang. Atau saya lupa bagaimana cara menyukai seseorang. Atau saya berusaha melupakan terlalu hebat sehingga sesuatu yang sudah masuk ambang batas suka pun saya anggap 'ah rasanya ini bukan suka... hanya tertarik biasa saja..'

saya lupa.
Oleh karenanya saya masih butuh masafumi gotoh.
Karena akan sulit untuk mengingat sendirian.


Tamori Sei

tamori sei dibutuhkan. Karena gotoh sudah menikah. Karena dalam berhayal pun saya tidak mau sakit hati. Karena dalam berhayal pun saya masih saja platonis. Dan karena agaknya saya mengakui kalau saya kesepian.

I still am a kid sometimes. Or maybe most of the time. And a growing child need a hug sometimes. And I do need some. But too old to ask for one.

And so I run. And hide. In someone's arm. In a bear's hug. Mr tamori sei. Boku no sei. Boku no jinsei. (sei, ditulis dengan kanji 'hidup')

saya butuh tamori sei. Segila apapun itu kedengarannya.


Tentang nisa dan menjadi dewasa

dewasa itu, tentang memprioritaskan orang lain.
Dewasa itu, tentang memikirkan subjek selain 'aku'.
Dewasa itu, tentang memberi manfaat.
Dewasa itu, tentang berbahagia dikala orang lain bahagia.
Dewasa itu, tentang pemikiran; bukan gerak gerik.

1 taun ini ada luar biasa banyak hal baru yang saya liat.

Bahwa meski dunia saya hanya berputar di satu poros, tidak selamanya dalam putaran itu hal yang saya lihat selalu sama.
Bahwa menjadi orang yang idealis bukanlah hal yang bodoh.
Bahwa keadaan ideal adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, bukan diimpikan.
Bahwa sebenarnya dalam hati orang-orang memimpikan sesuatu yang sama, hanya tidak pernah punya cukup niat atau tenaga atau cara atau usaha untuk mewujudkannya.
Bahwa keputusasaan dan pesimis adalah musuh terbesar.
Bahwa sebenarnya hal yang menahan kita dari berkembang hanyalah diri kita sendiri.
Bahwa kalimat 'ah semua orang juga begini' bukanlah alasan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan.
Bahwa dunia ini tidak menarik bila hanya berkutat dengan diri sendiri.
Bahwa bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain adalah pencapaian pribadi yang paling memuaskan.
Bahwa untuk bisa mengembangkan diri sendiri, kita tidak seharusnya berfokus pada diri sendiri dan menjadi self-centric dan egois
bahwa untuk mengembangkan diri sendiri, terkadang kita harus melakukan sesuatu untuk orang lain. Atau mungkin selalu.

Menyedihkan menyadari betapa banyak yang bisa dicapai dengan melakukan sesuatu untuk orang lain, sekaligus menyaksikan orang-orang dengan egoisnya-dan bodohnya- bergerak masing-masing, menjadi individualis, karena berpikir bahwa mereka akan rugi bila mereka memasukkan orang lain ke dalam roda dunianya.

Menyedihkan.

No comments: