beberapa waktu yang lalu, kadep gue mengumpulkan kita anak buahnya untuk ngomongin soal EPT atau evaluasi paruh tahun. hal pertama yang muncul di otak gue adalah: buset udah mau EPT aja. selanjutnya: ANJRIT gue uda ngapain aja?
setengah taun. satu semester.
kalau mau ngitung dari berapa modul yang lo lewatin, berapa badai sumatip yang lo lalui, lo bisa bilang itu kerasa banget. dari berapa proker yang uda lo kerjain juga mungkin bisa.
tapi kalo coba nanya ke diri sendiri, apa aja yang uda gue kerjain selama setengah kepengurusan ini, ilmu apa aja yang uda bisa gue dapet, atau apa aja yang uda gue share ke orang-orang di sekitar gue; entah kenapa rasanya kaya ditampar.
setengah taun.
sejujurnya setengah taun ini rasanya uda ada banyaaaaaaak banget kejadian. dan sejujurnya juga, kayanya dikit banget yang nempel di otak gue.
setengah taun ini... gue kenal orang-orang baru, punya keluarga baru... mulai dari anak kader baru sampai PPAB MA 2010.
gue juga jadi kakak, jadi supervisor. dan ngerasain: ternyata ngerancang dan ngawasin lebih susah daripada jadi eksekutor.
setengah taun ini, gue merasakan sekali yang namanya perubahan atmosfer di tempat gue berkontribusi. dari keluarga yang bekerja sama menjadi keluarga dan rekan kerja. nangkep bedanya? kalo sekarang momen yang terasa jadi terkotak. dan kalo lo tanya gue, nggak... itu sebenernya gak nyaman.
setengah taun ini, selain ada orang-orang baru, ada juga orang-orang yang menghilang...
setengah taun ini, gue menyaksikan --dan mungkin juga bisa dibilang membiarkan-- orang-orang yang tadinya deket jadi jauh dan ilang gitu aja...
tarik nafas. hembuskan.
what have i done, really?
setengah taun lalu ada satu ideologi yang dibawa oleh tempat gue berkontribusi yang sejuta persen gue dukung, sampai membuat gue bersikap sangat keras dan pada akhirnya menjadi kurang lebih tidak disukai oleh sekian kakak kelas gue. satu mimpi besar yang setengah mati ingin gue perjuangkan... dan kalo lo tanya gue, apa yang uda gue lakuin selama setengah taun ini untuk mewujudkan mimpi besar ini... mungkin bisa gue jawab nihil... ini tamparan, tapi yah ini kenyataan...
setengah taun ini, kalau lo tanya gue, ya... gue melihat kalo sekarang keadaannya beda, atmosfernya beda, dan ya... gue liat kok orang itu mulai pergi dan mulai nutup diri... and i'm emotionally retarded, so basically back then when the shutting out starts, things that comes in my mind is: well, everyone needs their own personal space sometimes... and they'll be back when they have enough, right?
dan ketika gue sadar ternyata bukan itu yang kejadian... barulah rasanya otak gue diperes, jantung gue dibanting, perut gue ditendang... but being the emotionally crippled me, i'm at lost at what to do.
does such concept of negativity planted in one's mind erasable anyway? after months of such dreads? and me being all caring all of sudden, after months of dread... will just reveal how i'm actually very insensitive about one's feeling, right?
i'm retarded, can you please forgive... i'm not one with many friend. so i can't bear to lose more. please?
rasanya gue pengen bilang gitu... tapi yah ujung-ujungnya gue cuma mencoba tarik nafas dalam-dalam.... dan nggak, gue nggak bisa bilang seseknya ilang...
kalo gue mau ngeles... mungkin gue akan bilang setengah taun ini gue berusaha ngebenerin persepsi gue tentang orang-orang rumah...
kenapa persepsi dan bukan hubungan? karena semuanya ada di gue...
gue, seharusnya, sudah lama menyerah mengharap suatu saat akan ada orang rumah yang sadar kalo gue uda sakit jiwa, sakit mental... mengharap ada yang inget, kalau nisa needs hugs, nisa needs supports, nisa is trying to achieve something, something that you might not think as necessary, but it's just pretty much what she thinks important, and maybe pretty much her life, and no... she wouldn't actually mind being asked for help as long as it doesn't disturb that thing she call her life... and the monthly sickness that nisa has, it would be so much nicer for her if you can just ask nicely instead of giving comment like "kaya waktu itu lagi", and she would be so much happier if you can just at least examine her first then giving her the medicine instead of telling her what the medicine is then pretty much giving nothing.
she knows she's being spoiled. but she's broken. and she knows you don't know, won't ever maybe, and yeah, so she stops hoping.
mungkin gue mesti ngomong bener-bener ke orang tua, tapi kayanya ini uda ga penting. i know i'm being cold, i know i'm being harsh. i know i'm shutting myself away from my family too far. hoping is hurting. hoping is what makes me feel the crash. jadi, intinya gue mesti mengubah persepsi gue. dan ngga, setengah taun ini belum bisa membuat gue mencapai hal itu. jadi ini tidak bisa dijadikan excuse. kalo gue mau jadiin ini excuse harusnya emosi gue ga lebih retarded lagi di rumah.
sorry for being tactless.
dan maaf juga karena sudah jadi sangat egois setengah taun ini.
maaf karena tidak mampu menyadari perasaan orang-orang di sekitar.
maaf banyak hal yang harusnya saya pegang terlepas begitu saja.
maaf karena sepertinya dinding saya makin lama makin tebal.
maaf saya banyak menghilang.
maaf saya belum menjadi anggota keluarga yang baik, di rumah maupun di kampus.
gak banyak hal berkaitan proker yang bisa gue inget. jadi ya, kayanya apapun yang gue kerjain ga nempel otak nampaknya.
setengah taun. harusnya gue sudah bisa berkomunikasi dengan lebih baik. seharusnya gue sudah punya kemampuan persuasi dan negosiasi. seharusnya gue mulai membuka diri pada keluarga baru maupun yang di rumah. seharusnya gue sudah bisa jadi lebih peka. seharusnya gue punya kontrol yang lebih baik atas rasa marah gue. seharusnya gue lebih positif memandang segala hal. dan mungkin seharusnya gue juga lebih matang.
dan itu semua cuma seharusnya.
semoga setengah taun berikutnya, gue bisa mengejar ketinggalan. semoga.
No comments:
Post a Comment