gue akan membuat pengakuan.
berapa hari terakhir ini obrolan gue kurang lebih berisikan hina dina.
mulai dari SBY, pemerintah atau politik (yang sebenarnya merupakan hinaan rutin harian)
sampai ngomongin satu orang yang dulu gue ga abis pikir kenapa deh diomongin sampe segitunya...
people have their flaw. i have my own. she has hers. you have yours. dan kayanya ga mesti juga ngomongin sampe segitunya. dan menjadikannya bulan-bulanan publik.
nggak. gue ga lagi ngomongin skandal seks.
ya, berapa hari ini gue sudah sangat kejam ngomongin orang ini, jadi sekarang gue pengen mencoba meluruskan otak gue... kenapa deh gue sampe segitu keselnya dan kenapa baru sekarang (karena dia jadi bulan-bulanan publik uda lama)
public enemy, to be or not to be.
sebenernya gue bukan orang yang bener-bener oke ngomongin soal ini, karena gue orang yang karakternya cukup keras dan cukup resek to actually become one. gue public enemynya senior departemen gue setengah taun lalu. dan sejujurnya gue ga mempermasalahkan, karena gue tau gue bener. see, i have the seed to be such public enemy... jadi ya gue ga berhak2 amat ikutan ngomongin si 'bulan-bulanan publik'
yuk mari luruskan otak...
mencontek dari notes seorang senior gue, dalam suatu organisasi, atau mungkin dalam bekerja secara umum... untuk milih rekan kerja lo akan menggunakan 2 kriteria: competence dan likability.
seberapa kerenkah kerjanya dan seberapa enakkah dia diajak kerja bareng. dari 2 kriteria di atas, lo akan dapet 4 grup yang mungkin lo temui di organisasi: lovable star, orang yang jago dan menyenangkan bagi rekan kerjanya; competent jerk, orang yang jago soal pekerjaan tapi nggak enak diajak kerja bareng; lovable fool, orang yang nggak jago tapi menyenangkan; dan incompetent jerk, yang sudah nggak jago nyebelin pula.
orang normal pada umumnya pengennya kerja sama yang lovable star, dan menendang jauh-jauh yang incompetent jerk.
antara competent jerk dan lovable fool... kalo gue pribadi milih lovable fool, karena gue adalah orang yang terlalu resek dan terlalu frontal untuk kerja bareng seorang competent jerk (bayangkan "gue tau lo pinter tapi kalo lo kaya gitu lo mati juga ga ada artinya deh ya")
ngomongin soal diri sendiri... sejujurnya kalo bener-bener lagi lose control, basically i'm an incompetent jerk. gue ga punya pengalaman yang lebih-lebih amat, apa lagi kemampuan dalam kerjaan gue; dan seperti yang sudah terlihat, gue seringkali terlalu frontal dan ceplasceplos dalam mengkritik (atau menghinadina) segala sesuatu di sekitar gue.
dan ini sebabnya gue lebih banyak diam. luar biasa sangat pendiam sekali nampaknya. i can't be the friendly lovable person all of sudden, gue gak sanggup. you're just plain weird to say i'm lovable (menurut gue haha). makanya gue diam. dan berharap dengan menjadi tidak rewel maupun bawel meskipun ga lovable lovable amat, gue ga brengsek2 amat.
and about competence, i'm still learning. trying to, at least. mari berdo'a gue sudah dan akan menggunakan waktu serta kesempatan belajar gue sebaik-baiknya.
balik lagi ke public enemy thingy... well the jerks are those that tend to be the public enemy... tapi kemudian gue melihat kategori dan grup2 ini dan jadi mikir: where will you put reliability? di competence kah? atau dia masuk faktor likability seseorang?
gue mendefine 'reliability' sebagai: ada bila dibutuhkan, baik "seharusnya ada" maupun "ada sebagai support"
reliability "seharusnya ada" --> saat lo uda punya job, uda dikasi kerjaan, dan lo menuntaskan itu... saat lo disuruh untuk ada/hadir and here we can see your presence...
reliability "ada sebagai support" --> untuk segala sesuatu yang mendadak dan tiba-tiba dan hectic... dan dia jadi superhero karena meskipun itu awalnya bukan kerjaan dia, dan hal yang tiba2 itu pasti nyebelin... dia mau ngebantu...
"ada sebagai support" bukan berarti ban serep. karena menurut gue untuk bisa ngebantu di saat yang tiba-tiba hectic, it means you're there, simply being there, even when it's not what you have to do... yet you choose to be there, and then to help...
yeah, reliability, menurut gue, membuat lo bisa menjadi seorang superhero dalam sebuah organisasi.
satu hal yang membuat si 'bulan-bulanan publik' menjadi bahan omongan luar biasa kejam gue beberapa hari terakhir ini kurang lebih masalah reliability ini.
dia volunter mengerjakan suatu kerjaan, yang ternyata dia tunda2, lalu pada saat H-1 deadline ternyata tugas tersebut tidak sanggup dikerjakan, dan akhirnya harus dioper secara mendadak ke orang lain.
kalo gue yang jadi bosnya, itu orang pasti uda gue jadiin sikat kamar mandi. kloset kalo perlu.
lanjut lagi soal reliability
tidak semua orang harus bisa jadi 'superhero' yang selalu ada pada keadaan darurat. cukup ada pada saat dibutuhkan pun sebenernya ga masalah. gue tau kok kalo segitu maksanya jadi superhero sebenernya ujung2nya bisa jadi lo bakal gampang dimanfaatin, and seriously... no matter how important works are, you still have some life other than works.
menurut gue, dengan mengambil porsi kerja secukupnya dan mengerjakan itu sebaik-baiknya, kalo lo sadar kemampuan lo segimana, lo akan bisa tetep memaintain aspek hidup lo yang lain.. kaya senang-senang lah apa lah, tanpa membuat kerjaan lo terbengkalai dan bikin partner lo panik.
ada satu lagi yang penting dari "kerja", gue ga tau ini masuk competence atau ngga, tapi menurut gue ini penting... kemampuan lo untuk tau tentang kemampuan lo sendiri, untuk ngatur seberapa banyak kerjaan yang lo bisa pegang, mengatur proporsi kotak-kotak hidup lo, atau mungkin setidaknya mengatur kapan-kapan saja lo perlu refreshing, atau untuk tau kapan sebenernya desire untuk cabut dari kerjaan dan being irresponsible itu cuma karena lo manja dan bukan karena lo jenuh...
karena kalo lo ngga tau...
in the end, saat lo ngga sanggup ngerjain segala sesuatu yang harusnya lo kerjakan, you'll end up making excuses...
"gue lagi capek, gue kan butuh refreshing... gue juga punya idup... aduh kenapa mesti gue.."
dan tau ngga... semua orang juga menghadapi hal yang sama kok: punya kerjaan, punya idup, punya keluarga, mau senang-senang, bisa jenuh juga...
tapi gak semua orang sechildish itu, semanja itu, senggak tau diri sendiri itu sampai akhirnya ngambil kerjaan yang ga sanggup dikerjain terus lepas tanggung jawab bikin orang lain lebih susah...
and yes people, such thing makes you a public enemy.
dan terus menerus memberikan excuse atas flaw yang lo punya... hanya akan membuat lo berpikir: yaudah sih emang gue jelek di situ
dan menghambat lo untuk mulai bergerak: oke, gue harus mulai memperbaiki sisi lemah gue ini
kayanya tulisan gue uda panjang banget dah...
yah... kurang lebih itu lah hal-hal yang bisa bikin seseorang jadi seorang public enemy
ga ada artinya lo ramah menyenangkan saat ditemui dan terlihat antusias dikasih kerjaan kalo ujung2nya lo menghilang saat hasil kerjaan itu sedang dibutuhkan.
dan jangan minta orang lain mentolerir excuse-excuse lo saat sebenernya lo dari awal sudah harus tau kalo excuse-excuse itu tidak seharusnya ada.
kalo mau ngomongin si 'bulan-bulanan publik' dan segala alasannya jadi bulan-bulanan publik gue bisa ngetik sampe besok kayanya... yah anggaplah kelakuannya, dan mungkin gayanya, dan mungkin sikapnya, pembawaan juga... atau apalah itu terserah... kurang lebih tidak pantas untuk dibawa ke lingkungan akademis... kalo mau dibuat simpel ya: orangnya tidak bisa bersikap ataupun membawa dirinya sepantasnya dan sewajarnya sesuai situasi
dan meledaklah orang-orang... tapi sekali lagi, itu ga penting. meskipun jujur kalo ditanya, sebenernya gue ga akan mau dijejerkan dengan orang itu dan dianggap berasal dari institusi atau tempat berkontribusi yang sama.
jadi yah... public enemy, to be or not to be...
it's your choice.
i know i have flaws and i am aware of it, gue juga bisa jadi public enemy, tapi gue akan dengan cukup fair menerima kritik dan saran dan kalo memang mau tamparan tentang kinerja gue... so feel free to say it... karena di sini kita sama2 mau berkembang dan mau jadi lebih baik, bukan mau cari excuse dan stuck jadi the not so competent not so lovable me...
1 comment:
hahahhaaha. benar2 panjang. tapiii.. iya banget hahaha
Post a Comment